Saturday, May 15, 2010

TAFSIR SURAH ‘ABASA ( IA BERMUKA MASAM )

20 Apr 2010
Dr. Abdullah Yassin

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ (١) أَن جَآءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ (٢) وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّهُ ۥ يَزَّكَّىٰٓ (٣) أَوۡ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكۡرَىٰٓ (٤) أَمَّا مَنِ ٱسۡتَغۡنَىٰ (٥) فَأَنتَ لَهُ ۥ تَصَدَّىٰ (٦) وَمَا عَلَيۡكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ (٧) وَأَمَّا مَن جَآءَكَ يَسۡعَىٰ (٨) وَهُوَ يَخۡشَىٰ (٩) فَأَنتَ عَنۡهُ تَلَهَّىٰ (١٠) كَلَّآ إِنَّہَا تَذۡكِرَةٌ۬ (١١) فَمَن شَآءَ ذَكَرَهُ ۥ (١٢) فِى صُحُفٍ۬ مُّكَرَّمَةٍ۬ (١٣) مَّرۡفُوعَةٍ۬ مُّطَهَّرَةِۭ (١٤) بِأَيۡدِى سَفَرَةٍ۬ (١٥) كِرَامِۭ بَرَرَةٍ۬ (١٦) قُتِلَ ٱلۡإِنسَـٰنُ مَآ أَكۡفَرَهُ ۥ (١٧) مِنۡ أَىِّ شَىۡءٍ خَلَقَهُ ۥ (١٨) مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُ ۥ فَقَدَّرَهُ ۥ (١٩) ثُمَّ ٱلسَّبِيلَ يَسَّرَهُ ۥ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ ۥ فَأَقۡبَرَهُ ۥ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنشَرَهُ ۥ (٢٢) كَلَّا لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ ۥ (٢٣)



TERJEMAHAN



1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling,

2. Karena Telah datang seorang buta kepadanya

3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa),

4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?

5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup

6. Maka kamu melayaninya.

7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman).

8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran),

9. Sedang ia takut kepada (Allah),

10. Maka kamu mengabaikannya.

11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan,

12. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya,

13. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan

14. Yang ditinggikan lagi disucikan,

15. Di tangan para penulis (malaikat),

16. Yang mulia lagi berbakti.

17. Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya?

18. Dari apakah Allah menciptakannya?

19. Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya

20. Kemudian dia memudahkan jalannya

21. Kemudian dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur,

22. Kemudian bila dia menghendaki, dia membangkitkannya kembali.

23. Sekali-kali jangan; manusia itu belum melaksanakan apa yang diperintahkan Allah kepadanya,





LATAR BELAKANG SURAH



Surah ‘Abasa ini termasuk surah Makkiyah. Bilangan ayatnya empat puluh dua ayat dan diturunkan sesudah surah Al-Najm. Dinamakan surah ‘Abasa : Ia bermuka masam diambil dari perkataan (عَبَسَ ) yang terdapat pada ayat pertama surah ini.



SEBAB TURUN SURAH :



Imam ibn Kathir di dalam tafsirnya IV / 604 – 605 berkata : ibn Abbas r.a. berkata : “ Pada suatu hari Rasulullah s.a.w. sedang berhadapan dengan beberapa pembesar Quraisy, antaranya : Utbah bin Rabi’ah, Abu Jahl Bin Hisyam dan Abbas Bin Abdul Muthalib. Bainda s.a.w sangat menginginkan agar mereka semuanya mendapat hidayah Allah dan masuk Islam. Pada saat itulah datang seorang sahabat yang bernama Abdullah Bin Ummi Maktum yang kedua-dua matanya buta sambil meminta agar Rasulullah s.a.w membacakan untuknya ayat-ayat Al-Quran yang diturunkan Allah kepadanya, ia berkata: Ya Rasulullah, tolong ajarkan kepadaku apa-apa yang Allah telah ajarkan kepada tuan.



Rasulullah s.a.w. tidak senang hati dengan pertanyaan Abdullah Bin Ummi Maktum itu, lalu beliau bermasam muka dan berpaling darinya sambil menghadap pembesar-pembesar Quraisy tersebut. Sehubungan dengan peristiwa inilah maka turun surah di atas.



Dengan adanya teguran Allah S.W.T ini makasejak itu baginda s.a.w sangat memuliakan Abdullah Bin Ummi Maktum dan mengambil berat kepadanya dan selalu bertanya kepadanya: Apakah engkau ingin sesuatu? Apakah ada sesuatu yang engkau hajatkan? Dan lain-lain.



TAFSIR AYAT



عَبَسَ وَتَوَلَّىٰٓ (١) أَن جَآءَهُ ٱلۡأَعۡمَىٰ (٢) وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّهُ ۥ يَزَّكَّىٰٓ (٣) أَوۡ يَذَّكَّرُ فَتَنفَعَهُ ٱلذِّكۡرَىٰٓ (٤) أَمَّا مَنِ ٱسۡتَغۡنَىٰ (٥) فَأَنتَ لَهُ ۥ تَصَدَّىٰ (٦) وَمَا عَلَيۡكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ (٧) وَأَمَّا مَن جَآءَكَ يَسۡعَىٰ (٨) وَهُوَ يَخۡشَىٰ (٩) فَأَنتَ عَنۡهُ تَلَهَّىٰ (١٠)



1. Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, 2. Karena Telah datang seorang buta kepadanya 3. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa), 4. Atau dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya? 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup 6. Maka kamu melayaninya. 7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu kalau dia tidak membersihkan diri (beriman). 8. Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran), 9. Sedang ia takut kepada (Allah), 10. Maka kamu mengabaikannya.



Di antara pengajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat di atas ialah:



1. Allah S.W.T. menegur sikap Rasulullah s.a.w yang lebih mengutamakan orang-orang kafir daripada orang yang beriman walaupun orang-orang kafir itu pembesar kaum sedang orang beriman itu pula buta dan miskin. Ini mengandungi pengajaran agar baginda s.a.w. jangan mengecilkan hati orang-orang beriman kerana mereka lebih baik dari orang-orang kafir walaupun mereka miskin.

2. Sikap Rasulullah s.a.w demikian bukanlah suatu dosa dan tidak bercanggah dengan sifat ma’shumnya (terpelihara dari dosa) kerana sikap tersebut muncul dari sifat semula jadi (naluri) baginda s.a.w sebagai manusia biasa seperti redha, benci, ketawa, dan menangis yang tidaklah dibebankan dengan dosa di dalam syariat Islam.

3. Sifat merasa diri serba berkecukupan selalu mendorong manusia menjadi angkuh dan sombong. Inilah sifat orang-orang kafir. Padahal jika direnung dengan cermat sebenarnya manusia sangat berhajat kepada bantuan Allah. Oleh itu baginda s.a.w tidak sepatutnya memberi perhatian lebih kepada mereka yang memiliki sifat buruk demikian.

4. Sifat orang yang beriman sentiasa berusaha untuk membersihkan dirinya dengan mengambil pengajaran dari Al-Quran. Dan pengajaran Al-Quran sangat bergunabagi orang-orang yang beriman. Mereka taku kalau-kalau terjerumus ke dalam lembah kesesatan. Oleh itu, manusia jenis ini perlu diberi perhatian dan sangat tidak wajar diabaikan.

5. Para du’at (pendakwah) tidak dibebani dosa jika orang yang didakwah tidak mengikuti ajakan atau adkwah yang disampaikan. Tugas mereka hanya menyampaikan sahaja. Tidak ada paksaan dalam agama.

6. Dalam berdakwah kita dilarang pilih kasih. Sampaikanlah kebenaran kepada pembesar atau masyarakat biasa, yang kaya dan yang miskin agar kita sedar bahawa fakir yang beriman lebih baik daripada orang kaya yang kufur atau durhaka.



كَلَّآ إِنَّہَا تَذۡكِرَةٌ۬ (١١) فَمَن شَآءَ ذَكَرَهُ ۥ (١٢) فِى صُحُفٍ۬ مُّكَرَّمَةٍ۬ (١٣) مَّرۡفُوعَةٍ۬ مُّطَهَّرَةِۭ (١٤) بِأَيۡدِى سَفَرَةٍ۬ (١٥) كِرَامِۭ بَرَرَةٍ۬ (١٦)

11. Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, 12. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, 13. Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan 14. Yang ditinggikan lagi disucikan, 15. Di tangan para penulis (malaikat), 16. Yang mulia lagi berbakti.



Setelah Allah S.W.T menegur Nabi s.a.w terhadap sikapnya yang lebh mengutamakan orang0orang kafir dan mengabaikan orang beriman ibn Maktum maka pada ayat ini pula Allah S.W.T melarang baginda s.a.w mengulangi lagi kesilapan yang sama : Sekali-kali jangan demikian!



Di antara pengajaran yang dapat diambil dari ayat-ayat ini, ialah:

1. Sesungguhnya ayat-ayat Allah adalah peringatan bahawa Al-Quran itu sangat berperanan sebagai peringatan bagi orang yang ingin memperhatikannya.

2. Selanjutnya Allah mensifati Al-Quran dengan beberapa sifat mulia dan istimewa, antaranya:

a. Al-Quran adalah salah satu daripada kitab-kitab yang diturunkan kepada Nabi-Nabi.

b. Al-Quran itu sangant mulia dan tinggi nilainya serta disucikan dari segala bentuk pengaruh syaitan

c. Al-Quran diturunkan dengan perantaraan malaikat dan malaikat itu pula adalah makhluk Allah yang sangat mulia.





قُتِلَ ٱلۡإِنسَـٰنُ مَآ أَكۡفَرَهُ ۥ (١٧) مِنۡ أَىِّ شَىۡءٍ خَلَقَهُ ۥ (١٨) مِن نُّطۡفَةٍ خَلَقَهُ ۥ فَقَدَّرَهُ ۥ (١٩) ثُمَّ ٱلسَّبِيلَ يَسَّرَهُ ۥ (٢٠) ثُمَّ أَمَاتَهُ ۥ فَأَقۡبَرَهُ ۥ (٢١) ثُمَّ إِذَا شَآءَ أَنشَرَهُ ۥ (٢٢) كَلَّا لَمَّا يَقۡضِ مَآ أَمَرَهُ ۥ (٢٣)

17. Binasalah manusia; alangkah amat sangat kekafirannya? 18. Dari apakah Allah menciptakannya? 19. Dari setetes mani, Allah menciptakannya lalu menentukannya 20. Kemudian dia memudahkan jalannya 21. Kemudian dia mematikannya dan memasukkannya ke dalam kubur, 22. Kemudian bila dia menghendaki, dia membangkitkannya kembali.



Kalau dalam ayat-ayat terdahulu Allah S.W.T. menerangkan bahawa Al-Quran sebagai kitab yang mengandungi peringatan dan nasihat dan bahawa setiap orang yang menghendaki petunjuk mestilah bersaha mengambil manfaatdari peringatan-peringatan yang terkandung di dalamnya, maka dalam ayat-ayat berikutnya pula Allah S.W.T. menjelaskan bahawa umat manusia, walau bagaimanapun kekayaan yang dimilikinya dan betapa mulia kedudukannya, namun dia tidak boleh tidak mestilah menyedari hakikat dirinya.



Di dalam ayat-ayat di atas Allah S.W.T. mengutuk manusia yang kafig:



Binasalah manusia ; alangkah amat sangat kekafirannya kepada nikmat-nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepadanya sejak mulai lahir sampai matinya?



Allah mengajukan pertanyaan ini supaya manusia menjadikannya sebagai renungan untuk menimbulkan kesedaran, iaitu: daripada apakah Allah menciptakannya?



Allah S.W.T. memberi perincian tentang jenis-jenis nikmat yang telah dianugerahkan-Nya kepada manusia dalam tiga peringkat iaitu: peringkat permulaan, peringkat pertengahan dan peringkat penghabisan.



1. Peringkat Pertama : Manusia dicipta oleh Allah dari setetes mani yang hina lalu menentukan tahap-tahap kejadiannya, umurnya, rezekinya dan nasibnya.

2. Peringkat Kedua : Allah memudahkan jalan manusia itu dan memberi mereka kesediaanuntuk menempuh jalan ketakwaan dan jalan kesesatan.

3. Peringkat Terakhir : Allah akan mematikan manusia dan memasukannya ke dalam kubur (alam barzakh).



Setelah menyebut tiga peringkat yang pasti dilalui oleh manusia, maka Allah S.W.T. menegaskan pula bahawa bila Dia menghendaki yakni pada Hari Kiamat, Dia akan membangkitkan manusia kembali untuk dihisab di Padang Mahsyar. Sungguh banyak ayat Al-Quran dan Hadis nabi yang menegaskan akan hakikat ini. Malahan menrut keyakinan kita mati bukanlah akhir dari segala-galanya tetapi ia hanya sekadar perpindahan dari Alam Amal kepada Alam Pembalasan. Hakikat ini disebut oleh Allah dengan jelas dalam firman-Nya:





يَـٰٓأَيُّہَا ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ لَا تَعۡتَذِرُواْ ٱلۡيَوۡمَ‌ۖ إِنَّمَا تُجۡزَوۡنَ مَا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ (٧)

Hai orang-orang kafir, janganlah kamu mengemukakan uzur pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan menurut apa yang telah kamu kerjakan. (Al-Tahrim [66] : 7)



Dan pada bahagian akhir daripada ayat-ayat di atas Allah S.W.T. mengulangi lagi peringatan-Nya akan kekafiran manusia terhadap nikmat-Nya, iaitu dengan mengatakan:



Alangkah anehnya sikap setiap orang kafir itu. Mereka mengakui sekian banyak nikmat yang Allah anugerahkan kepada mereka, seperti nikmat penciptaan, makan-minum, kesihatan dan lain-lain yang semestinya mereka mensyukuri-Nya dengan mempertingkat kepatuhan kepada Allah dengan membuat suruhan-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Namun demikian yang berlaku justru sebaliknya. Mereka tidak syukur tetapi kufur nikmat. Seharusnya semakin banyak nikmat yang diperolehi maka mereka hendaklah semakin mendekatkan diri kepada Allah sebagaimana sikap rasulullah s.a.w. Ketika baginda s.a.w ditanya oleh ‘Aisyah r.a. tentang ibadatnya yang banyak sedangkan baginda s.a.w. telah dijamin masuk syurga, maka baginda s.a.w. hanya menjawap: “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba (Allah) yang pandai bersyukur ? (HR Bukhari dan Muslim)



Allah S.W.T. juga berjanji dan memberi amaran dalam firman-Nya:


وَإِذۡ تَأَذَّنَ رَبُّكُمۡ لَٮِٕن شَڪَرۡتُمۡ لَأَزِيدَنَّكُمۡ‌ۖ وَلَٮِٕن ڪَفَرۡتُمۡ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ۬ (٧)

Dan (ingatlah juga), ketika Tuhanmu memaklumkan : “sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku), maka sesungguhnya azab-ku sangat pedih. (QS ibrahim [14] : 7).



Imam al-Syaukani berkata dalam tafsirnya “Fath al-Qadir” : Sekiranya kamu mensyukuri nikmat-nikmat-Ku niscaya pasti akan Aku tambah-tambah lagi nikmat-Ku itu kepadamu sebagai anugerah daripada-Ku. Ada juga yang berkata: Pasti akan Aku tambah lagi ketaatanmu kepada-Ku. Pendapat lain pula: Pasti akan Aku tambah lagi pahala untukmu. Dalam hal ini pendapat pertama lebih kuat, kerana syukur adalah penyebab adanya pertambahan; Tetapi jika kamu kufur nikmat dan kamu menentang-Nya niscaya kamu akan ditimpa azab yang sangat pedih. Wal’iyadzubillah.

1 comment: